Cerita Sex Bersetubuh Dengan Ibu Sendiri

Cerita Sex Bersetubuh Dengan Ibu Sendiri

Cerita Sex Bersetubuh Dengan Ibu Sendiri – Keluargaku terbilang makmur. Ibuku memang jago bisnis, ditambah lagi kami dapat warisan dari kakek-nenek. Jadi, urusan uang enggak pernah jadi masalah.

Ibuku, Tiara, usianya 35 tahun, keturunan Jakarta dan ada darah Jepang. Dia nikah muda sama ayahku, yang umurnya jauh lebih tua, karena dijodohkan demi bisnis. Akhirnya mereka cerai waktu aku 9 tahun, dan ibuku jadi janda.

Kakakku, Sinta, empat tahun lebih tua dariku. Dia anak kesayangan kakek-nenek di Jakarta, dan pindah ke sana waktu kelas 3 SMA. Dia juga kuliah di kota itu. Dia kadang pulang seminggu sekali, tapi kalau enggak, aku sama ibu yang nyusul ke sana.

Alasan ibu dan ayahku cerai karena ayahku, Dodi, nikah lagi sama selingkuhannya. Ibuku enggak mau dimadu. Menurutku, ayah bodoh banget ninggalin ibu yang cantik dan seksi. Aku benci banget sama ayah. Waktu cerai, ayah kasih kami rumah mewah dua lantai dan uang cerai yang banyak pada ibu. Biaya pendidikanku juga ditanggung penuh sama dia. Uang itu dipakai ibu buat bikin perusahaan sendiri di bidang jasa, pelayaran, trading, dan ekspor-impor.

Sekarang kami tinggal bertiga. Kami enggak pakai pembantu. Kata ibu, buat apa, toh rumah enggak kotor-kotor amat. Soal cuci baju dan setrika, kami bayar Mbak Siti yang tinggal dekat kompleks. Dia sudah kerja tahunan sama kami dan dipercaya pegang kunci rumah. Dia datang kalau ada kerjaan aja. Soal makan, kami sering jajan di luar atau kadang ibu masak.

Setelah cerai, ibu fokus kerja dan ngurusin kami. Ternyata otak bisnis ibu memang cemerlang, perusahaannya cepat maju dan punya banyak cabang. Ayahku yang brengsek itu kadang datang menjenguk, tapi bagiku itu cuma formalitas dan enggak berkesan. Aku enggak peduli. Kami bertiga saling sayang. Aku merasa jadi satu-satunya cowok di rumah, jadi aku ngerasa harus melindungi mereka.

Hidup kami berjalan normal. Kalau di rumah, ibu sering pakai daster atau baju tidur mini dan seksi. Dia cuek aja. Bahkan, kadang kalau ganti baju, pintu kamarnya suka dibiarin kebuka. Mungkin dia pikir, di rumah kan cuma ada kami dan aku anaknya. Aku sih senang-senang aja, waktu itu aku masih lugu dan enggak mikir macam-macam. Kadang aku juga suka tidur di kamar ibu, tentu saja tanpa pikiran macam-macam saat itu.

Topik sedarah lainnya: Memek ibu kandung semakin terangsang oleh anaknya

Ibu rajin banget merawat diri. Badannya masih kayak umur 25 tahun, padahal anaknya sudah gede. Ibu rutin yoga, senam, dan renang. Kebetulan di belakang rumah ada kolam kecil yang dikelilingi tembok tinggi dan jauh dari tetangga. Ibu cantik banget, rambut sebahu, tinggi sekitar 165 cm. Badannya seksi, perutnya rata, dan yang paling mencolok, dadanya besar banget, ukuran 38. Teman-temanku yang main ke rumah juga sering bilang kalau ibuku seksi dan memesona. Kakakku, Sinta, juga sama, mewarisi kecantikan ibu dan punya dada besar. Sepertinya semua perempuan di keluarga ibu memang begitu.

Waktu berlalu, tiga tahun setelah perceraian itu. Usiaku 14 tahun, kelas 3 SMP. Ini masa-masa puber yang lagi memuncak. Libido remaja lagi gampang naik dan aku mulai penasaran sama perempuan.

Aku mulai sering buka situs porno di kamar, nonton film porno, baca majalah dewasa. Apalagi Sinta jarang di rumah, jadi aku lebih sering sendirian. Teman-teman suka cerita pengalaman mereka melepas keperjakaan. Aku penasaran, tapi juga takut. Secara finansial aku mampu bayar PSK, tapi aku ngeri sama risikonya.

Aku paling suka nonton cewek dewasa dengan dada besar dan bulu kemaluan lebat. Apalagi kalau ada bulu ketek, wah, aku bisa gila. Dari situ, aku sadar kalau aku mulai terobsesi sama ibuku. Perasaan sayang anak ke ibu sudah bercampur sama gairah erotis. Bukannya kakakku enggak cantik, tapi bagiku ibu itu sempurna, sudah matang. Kecantikan dan lekuk tubuhnya memancarkan sensasi sensual yang enggak ada di orang lain.

Baca juga: Cerita Sex Bercinta Dengan Bibi Dikampung

Gairah di diriku makin membara. Aku yang tadinya cuma lihat ibu sebagai ibu, kini melihatnya dari sudut pandang laki-laki. Aku mulai curi-curi pandang saat ibu ganti baju, pura-pura baca buku dekat ibu saat dia yoga atau renang. Aku juga sering masturbasi sambil bayangin tubuh ibu. Kegiatan baruku yang paling seru adalah ngintip ibu mandi. Kamar mandi ibu di dalam kamarnya, pintunya sering enggak dikunci, cuma ditutup sedikit, jadi aku bisa lihat dari celahnya.

Suatu hari, aku iseng merekamnya pakai kamera. Hasilnya luar biasa, itu bikin sesi masturbasiku makin lancar. Tapi itu belum cukup. Aku ingin menyentuh dan merasakan ibu secara langsung. Aku harus cari cara. Di rumah cuma ada aku dan ibu. Kesempatanku besar.

Aku berpikir, setelah cerai, ibu fokus kerja dan ngurusin kami. Seingatku, ibu enggak pernah menjalin hubungan sama cowok lain. Ibu selalu pulang kerja tepat waktu. Kalau ada urusan di luar kota, dia sebisa mungkin ngajak kami. Hari libur pun dihabiskan bareng kami. Apa ibu enggak punya kebutuhan seks lagi? Kayaknya enggak mungkin. Aku harus cari tahu.

Cerita Sex Bersetubuh Dengan Ibu Sendiri

Suatu malam, kami lagi nonton TV setelah makan. Aku biasa naro kepala di paha ibu. Malam itu, ibu pakai baju tidur putih mini, tanpa lengan, dengan belahan dada rendah. Dadanya yang besar seolah mau tumpah. Sial, gairahku langsung membara, kontolku berdenyut. Aku gelisah banget. Kami nonton dalam diam. “Ma, Rian boleh nanya sesuatu?” kataku sambil membalikkan badan, kepalaku sekarang menghadap perut ibu.

“Nanya apa?”

“Jangan marah ya, Ma,” kataku lagi.

“Ih, serius amat sih, Yan,” kata ibu sambil ketawa kecil.

“Iya, kan Mama sudah lama sendiri. Enggak mau nikah lagi?”

“Ah, kamu ada-ada aja. Enggak lah. Mama sudah bahagia kok ada kamu sama kakakmu,” jawab ibu. Ibu balik bercanda, “Memangnya kamu mau punya papa baru?”

“Enggak sih, cuma nanya aja.” Tiba-tiba aku dapat ide buat menguji batasnya. “Jangan marah ya, Ma. Memangnya Mama enggak kesepian? Kan Mama masih muda, masih punya kebutuhan biologis,” kataku hati-hati. Ibu kaget, badannya menegang dan dia diam sejenak. “Yan, kok nanyanya gitu? Maksud kamu apa?” Suara ibu sedikit naik. “Rian kan sudah gede, Ma. Tahu lah soal kebutuhan pria dan perempuan. Rian cuma mau Mama tahu kalau Rian peduli sama perasaan Mama.

Mungkin dulu aku enggak ngerti, tapi sekarang aku jadi mikirin Mama. Mama juga punya hidup,” kataku sekenanya. “Yan… Yan… yang kamu pelajari itu benar, tapi ada juga yang namanya perasaan, Nak. Hidup enggak cuma teori,” jawab ibu. “Maksudnya, Ma?” tanyaku bingung. “Sebagai perempuan, Mama juga punya kebutuhan itu. Tapi Mama enggak mau kecewa lagi, Yan. Pengalaman sama Papa kamu itu sudah cukup pahit. Buat Mama, punya kamu sama Kak Sinta itu sudah cukup membahagiakan. Soal kebutuhan biologis, itu bukan urusan kamu. Ada kesibukan dan cara lain untuk mengatasinya,” jawab ibu.

Suasana jadi canggung. Kami diam, cuma suara TV yang kedengaran. “Ma, maafin Rian ya sudah bikin Mama marah dan sedih,” kataku. “Enggak apa-apa, Yan. Mama senang kamu perhatian sama Mama,” jawab ibu. Ibu mengelus kepalaku.

Aku tetap diam, kepalaku menghadap perut ibu, mikirin kata-kata ibu. Berarti ibu punya kebutuhan seks. Aku cuma butuh menciptakan situasi yang pas. Kebetulan cuma ada kami berdua, Kak Sinta tidak di rumah. Aku mulai rencanaku.

Aku naikin kepalaku ke dada ibu, pura-pura bermanja-manja. “Eh, ngapain, Yan?” tanya ibu kaget. “Rian sayang Mama. Boleh enggak Rian nen sama Mama?” kataku. “Hahaha, ada-ada aja kamu. Kan kamu sudah besar,” ibu ketawa. “Iya, tapi boleh kan kayak anak kecil lagi?” pintaku manja. “Enggak ah, konyol deh,” ibu makin ketawa. “Boleh ya, Ma? Kan selama ini enggak pernah.” Aku coba mencium puting ibu. “Jangan, ah, Yan.” Ibu coba menggeser kepalaku pelan, tapi aku terus merengek. Akhirnya ibu menyerah dan ketawa. “Ya sudah, kali ini aja ya. Tumben kamu manja banget,” katanya.

Yes! Rencanaku berhasil. Ibu nurunin satu tali baju tidurnya. Di depan mataku, terbentang satu payudara ibu yang besar, padat, dan kencang. Putih dengan puting cokelat kemerahan yang besar. Aku diam, terpesona. Walaupun sering ngintip, lihat langsung dari dekat rasanya beda banget. Kontolku langsung mengeras. “Lho, kok bengong? Tadi katanya mau nen,” tegur ibu. “Iya, Ma, habisnya payudara Mama besar banget, masih kencang lagi,” kataku jujur. “Ah, kamu bisa aja muji Mama yang sudah berumur ini,” ibu tertawa. “Beneran, Ma, bagus banget,” jawabku sambil menyentuh payudara itu. Rasanya kenyal dan keras. Aku deketin mulutku ke puting ibu, lalu kuhisap.

Aku ngulum puting ibu lama banget, sementara ibu cuma nonton TV. Tangannya ngelus-ngelus kepalaku, seperti ke anak kecil. Aku isap dan mainkan lidahku di putingnya. Puting itu sekarang sudah mengeras. Kurasakan ibu mulai gelisah, tapi aku terusin pelan-pelan. Aku enggak mau buru-buru, takut ibu curiga. Satu tanganku mulai meremas payudara ibu yang satu lagi. Aku meremasnya tanpa henti. Ibu lalu nurunin tali baju tidur yang satunya lagi. Sekarang ibu benar-benar telanjang dada. “Yan, nen yang sebelah sini juga,” kata ibu sambil menunjuk payudara satunya.

Aku pindahin mulutku ke sana. Aku lakuin sama seperti tadi, perlahan dan senatural mungkin. Padahal kontolku sudah berdenyut kencang. “Ugh…” suara ibu pelan, duduknya mulai gelisah, napasnya berat. Aku pura-pura enggak tahu. Kali ini, lidahku bergerak lebih cepat di putingnya. “Ah…” elusan tangan ibu di kepalaku berubah jadi jambakan pelan. Aku berhenti, lalu duduk di sampingnya.

Ibu duduk dengan dada telanjang, dua payudaranya yang besar menantang, dengan puting yang mengeras. “Ugh… sabar sedikit,” kataku dalam hati. “Sudah dulu ya, Ma, nenennya,” kataku santai. Sekilas aku lihat raut wajah ibu agak kecewa, tapi dia bisa mengontrolnya. “Benar nih? Sudah kenyang nenennya? Katanya mau kayak anak kecil,” kata ibu mencoba bercanda. “Iya, tapi nanti boleh lagi ya, Ma. Rian senang bisa nenen kayak dulu,” kataku. “Iya, boleh kok. Mama juga jadi ingat kamu waktu kecil,” kata ibu.

Aku sengaja berhenti. Yang penting, aku sudah dapat celah untuk niatku. Aku diam dan nonton TV. Ibu juga, tapi entah lupa atau sengaja, dia enggak naikin tali baju tidurnya. Jadi, pemandangan indah itu terpampang jelas di sampingku. Aku pura-pura enggak tahu. Kontolku benar-benar sudah keras. “Ma, Rian sudah ngantuk, tidur duluan ya. Boleh tidur di kamar Mama kan?” tanyaku. “Ya sudah, sana duluan. Iyalah, boleh, biasanya juga sering tidur di kamar Mama,” jawab ibu. Aku langsung ke kamar ibu. Sambil jalan, aku senyum-senyum sendiri. Rencanaku hampir berhasil. Di kamar, aku pura-pura tidur. Kontolku sudah lumayan tenang sekarang. Enggak lama, ibu masuk, ke kamar mandi sebentar, lalu naik ke kasur. Dia cium pipiku, ngira aku sudah tidur.

Sekitar setengah jam aku pura-pura tidur. Aku enggak yakin ibu sudah pulas, tapi aku sudah bulat tekad. Sekarang atau tidak sama sekali. Ibu matanya masih terpejam. Rencanaku, kalau aku pura-pura nen lagi, ibu pasti cuma mikir aku lagi manja. Aku mulai deketin kepalaku ke arah ibu. Awalnya aku ngisap payudaranya tanpa nurunin tali baju. Ibu diam aja, enggak melarang. Tanganku mulai berani nurunin kedua tali baju tidurnya. Ibu diam aja. Kini aku ngisap payudara ibu dengan bebas. Satu tanganku meremas-remas dan mainin putingnya. Ibu masih terpejam, tapi badannya mulai menggeliat. “Ugh… Ooohhh…” ibu mendesah pelan.

Aku makin bersemangat. Mulutku pindah dari puting satu ke puting lainnya. Sekitar 10 menit aku mainin payudara ibu, dia tetap terpejam, tapi aku yakin dia belum tidur. Dia sepertinya menikmati. Aku makin berani, tanganku mulai bergerak ke bawah, ke selangkangan ibu. Saat tanganku mendarat di celana dalamnya, ibu tiba-tiba pegang tanganku dan menepisnya pelan.

Cerita Sex Bersetubuh Dengan Ibu Sendiri

 

Cerita Dewasa – Matanya sekarang terbuka. Ibu duduk di kasur. “Cukup, Yan, jangan lebih dari itu. Mama tahu dan mengerti kamu sudah besar, sudah remaja. Mama juga paham kamu nen Mama sebenarnya karena kamu penasaran sama tubuh perempuan,” kata ibu. “Mama enggak keberatan kamu main-main sama payudara Mama, tapi jangan lebih dari itu ya,” katanya lagi.

“Tapi, Ma, kenapa harus begitu? Mama jahat! Kenapa Mama kayak gini?” protesku. “Yan, aku ini ibumu. Kita enggak boleh melakukan hal yang kamu inginkan itu,” kata ibu lagi. “Mama bohong! Sebenarnya Mama menikmati kan? Mama juga menginginkannya!” aku terus menyerang pertahanan ibu. “Memang, tapi cuma sampai batas itu, enggak bisa lebih jauh,” jawab ibu dengan tenang. “Rian sayang Mama, dan Mama harus tahu itu.

Rian mau lindungin Mama, enggak mau Mama kecewa lagi. Rian juga mau Mama jadi yang pertama buat Rian. Mama enggak akan kecewa atau disakiti lagi, karena Rian enggak akan pernah nyakitin hati Mama,” kataku.